Tentang Ketidakjujuran Intelektual
(Pemikiran mentah Aaron Swartz)

(Pemikiran mentah Aaron Swartz)
14 Desember, 2011.
Aaron Swartz, 24 tahun.
Ketidakjujuran memiliki dua bagian: 1) mengatakan hal yang tidak benar, dan 2) mengatakan suatu hal dengan maksud untuk menyesatkan orang lain. Kamu dapat melakukannya masing-masing tanpa yang lain: Kamu bisa saja benar-benar keliru dan dengan demikian mengatakan hal yang salah tanpa bermaksud untuk menyesatkan, dan kamu bisa dengan sengaja menyesatkan orang lain tanpa mengatakan apa pun yang tidak benar. (Yang kedua umumnya disebut dengan tipu daya, tapi ia bukan sebuah ketidakjujuran.)
Bagaimana pun juga, kamu bisa menjadi tidak jujur secara intelektual tanpa melakukan sesuatu pun dari hal-hal itu. Bayangkan kamu sedang melakukan sebuah eksperimen dan hampir sepanjang waktu menghasilkan persis dengan apa yang kamu harapkan, tetapi pada satu waktu terjadi ketidakberesan dan hasilnya salah (kamu mungkin mengacaukan pengukuran). Ketika menceritakan tentang pekerjaanmu pada orang lain, kamu bilang: “Oh, semua berjalan sesuai yang kuharapkan — tujuh kali percobaan hasilnya tepat.”
Hal ini bukannya tidak benar dan secara sengaja bertujuan menyesatkan — kamu benar-benar percaya bahwa eksperimen itu berjalan sesuai yang diharapkan. Tapi, hal itu tidak jujur secara intelektual. Kejujuran intelektual memerlukan kesediaan untuk membungkuk bahkan mundur, untuk menyediakan bukti bahwa ada kemungkinanmu untuk salah, bahkan jika kamu yakin bahwa kamu benar.
Ini merupakan standar praktis untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang calon majikan bertanya dalam wawancara kerja apakah kamu bisa bekerja pada waktu. Kamu mengatakan “Ya”, dan bukannya “Saya pikir begitu, tapi satu kali pada tahun 2003 listrik padam dan alarm saya mati dan saya ketiduran”. Aku tidak berpikir ada orang yang menganggap bahwa hal ini sebagai ketidakjujuran; dan memang, jika kamu jujur secara intelektual sepanjang waktu, orang akan berpikir kamu adalah orang yang cukup aneh.
Ilmu memiliki standar yang lebih tinggi. Bukan lagi hanya antara kamu dan atasanmu, tapi lebih jauh lagi hal itu adalah klaim untuk para penerusmu nantinya. Bagaimana jika nanti para penerusmu menghubungi dan memintamu untuk menunjukkan pekerjaanmu saat kamu sedang tidak ada? Mungkin saja kamu membuat kesalahan dan itulah sebabnya kejujuran intelektual mengharuskanmu menunjukkan pekerjaanmu terlebih dulu, sehingga orang lain dapat melihat apakah kamu melewatkan sesuatu.
Anda harus ikuti twitter saya di sini.
diterjemahkan dari http://www.aaronsw.com/weblog/intellectualdishonesty dengan judul asli “On Intellectual Dishonesty (Aaron Swartz’s Raw Thought)”.