Robot, Beruang, Hamba Tani, dan Semangat Kontra-revolusi
karya-karya Jakub Rozalski
karya-karya Jakub Rozalski
Aku ingin cerita tentang wallpaper laptopku yang baru saja diganti.
Aku tak tahu terjemahan tepat untuk wallpaper. Ketika mencarinya di mesin terjemahan buatan google, kata-kata yang keluar adalah kertas dinding. Aneh. Aku mencari di wiki Indonesia laman daftar istilah teknologi informasi juga tak ketemu. Di laman istilah komputer juga tak ada. Tapi kupikir kau mesti buka laman itu, dan aku berani bertaruh kau pasti tersenyum. (Dari laman itu aku baru tahu terjemahan big data itu mahadata). Lantas kubuka wiki bahasa Inggris, rupanya wallpaper boleh disebut desktop background. Tapi, ya sudahlah. Tak perlu berpusing lagi.
Hampir separuh hari tadi aku menjelajahi web mencari gambar yang bagus untuk dipasang sebagai gambar latar.
Akhirnya ketemu gambar ini.

Yang kupilih sebagai gambar latar laptopku berjudul Lost in the Fog. Aku suka gambar ini sebab ia menggambarkan sekaligus mengabarkan kematian.
Di tepi telaga yang hampir membeku, kau bisa lihat para pemberani yang sejenak lagi akan mati itu. Satu orang membawa bedil, tak bisa santai, duduk di atas seekor makhluk aneh. Muskox namanya. Dalam bahasa inuktitut disebut dengan umungwak. Perhatikan keempat kakinya yang tegang. Ia tak lebih tenang daripada penunggangnya. Tak jauh di sampingnya di atas pohon tumbang duduk seorang kawannya memegang bedil sejenis. Mulutnya mengisap pipa panjang yang terbuat dari lempung. Mereka berdua sedang menunggu isyarat dari kawannya di kejauhan yang barangkali akan disampaikan lewat pendar lampu minyak itu. Tapi apa perlunya sebuah isyarat yang jelas-jelas tak bercerita lain kecuali kematian? Kau tahu sendiri judulnya. “Hilang dalam kabut tebal” ala film The Mist. Belum lagi kematian yang besar di belakang sana, mesin super yang bentuknya mirip monster ciptaan H.G. Wells. Pendek kata, maut.
Gambar ini adalah karya dari Jakub Rozalski, seorang seniman asal Polandia yang juga dikenal dengan nama “Mr. Werewolf”. Karya ini ada dalam proyek yang dinamainya dengan 1920+ serta The World of Scythe.
Proyek itu mengambil ilham dari Perang Polandia-Soviet (1919–1921), Pertempuran Warsawa (1920), serta kondisi yang luar biasa keras di tanah airnya waktu itu.
Saat itu setelah Perang Dunia Pertama. Eropa sedang revolusioner-revolusionernya. Bolshevik sedang merah-merahnya. Dipimpin oleh Trotsky dan Stalin, mereka berderap ke barat. Panji-panji komunisme mesti berkibar di mana-mana.
Karya-karyanya unik. Bisa kau jumpai dalam sejumlah besar lukisannya, para hamba tani sedang diserbu pasukan robot raksasa yang mengeluarkan uap. Ada hussar — pasukan berkuda Polandia abad 17 — yang dihidupkan kembali oleh Rozalski ke awal abad 20, bergaya steampunk, bersayap dan membawa bazoka. Ada juga Wojtek, seekor beruang yang menjadi tentara Polandia, yang ia pinjam dari masa depan. Beberapa yang lain bisa dijumpai adalah pipa panjang ala Lord of the Ring yang populer di Eropa abad 18. Mungkin, kau juga akan teringat pada serial Final Fantasy besutan Hironobu Sakaguchi. Selain itu, kau juga bisa melihat semangat patriotisme di dalamnya. Juga romantisme.
Terlepas dari kebagusan karya-karyanya — dan ini yang paling kusayangkan — kau bisa tahu dari tema dan perspektif sejarah yang diangkat olehnya kalau dia ini termasuk dalam barisan kaum kontra-revolusioner alias kontrev.
Coba bayangkan jika karya-karya keren ini ditujukan untuk kemajuan revolusi dan kebagusan-kebagusan sosialisme. Robot-robot dalam karya itu alih-alih menyerang, pasti justru membantu hamba-hamba tani dalam kerja produksi.





