Mengambil gambar di kereta
Beberapa hal menarik di kereta yang kosong.

Beberapa hal menarik di kereta yang kosong.

LAGI-LAGI KERETA. Hampir tak terhitung berapa kali aku naik kereta. Moda transportasi yang mulai sering kugunakan sejak bersekolah di luar kota sekitar 8 tahun silam. Waktu itu, tentu saja kereta belum semahal sekarang. Juga tak secepat dan tak membosankan seperti sekarang.
Kemarin aku kembali naik kereta. Namanya, kereta Singasari. Jarak yang ditempuh dari Pasar Senen ke Kediri kira-kira sekitar 800 km. Itu menghabiskan waktu sekitar 13 jam. Kereta ini kelas ekonomi non-subsidi. Sebenarnya, aku tak akan naik kereta ini kalau saja kereta kelas ekonomi bersubsidi yang mestinya kutumpangi tidak merambat tanpaku kemarin lusa. Entah juga ini sudah kali ke berapa aku ketinggalan kereta. Tapi, ini tak berarti apa pun kecuali terpaksa mengeluarkan lebih banyak uang.
Waktu memesan tiket, aku sengaja memilih gerbong ke delapan, yang terakhir dari rangkaian, yang waktu itu kulihat lewat aplikasi hanya diisi oleh satu orang.
Kemarin juga nyaris terlambat. Aku salah melihat jadwal. Selisih dua puluh menit lebih dari jadwal yang semestinya. Untung saja.
Aku masuk dua menit sebelum kereta berjalan. Seorang gadis berkerudung duduk di kursi depan tembok toilet. Kursiku satu deret di depannya. Cuma ada kami di gerbong itu. Tapi aku bukan Chairil. Gadis itu juga tak bilang, “Boeng, ajoe, boeng.”
PRAKTIS KARENA TAK ADA hal menarik yang bisa dikerjakan — tak membawa buku, kuota internet hampir habis, tak sempat sarapan, tak sempat membeli minum, malas bercakap-cakap — aku punya ide untuk memfoto apa yang ada di dalam gerbong dan apa yang melintas di luar jendela selama perjalanan dengan kamera gawai.
Ya… beginilah:











Mana yang kau suka?
*Gambar-gambar ini diambil dan diproses saat memikirkan kemungkinan akan betapa menyenangkan rasanya jika bisa menjadi fotografer perang.