Jefferson: Alam Ingin Informasi untuk Bebas
12 Januari, 2004.

12 Januari, 2004.
Aaron Swartz, 17 tahun.
Karena banyak yang mengatakan bahwa pandanganku terkait hak cipta dan hak paten adalah kekanak-kanakan dan ada hanya karena aku besar berama Napster dan tidak menulis untuk menyambung hidup, maka kupikir aku akan memeriksa beberapa pandangan yang dianggap lebih terhormat terkait hal-hal itu. Dan siapa lagi yang lebih bijaksana dari presiden ketiga kami, Thomas Jefferson?
Ditilik dari suratnya kepada Isaac McPherson, pemikiran Jefferson adalah, begini:
Tidak ada yang secara serius mempermasalahkan bahwa [hak] milik adalah ide yang baik, tapi aneh jika ide-ide kemudian harus juga menjadi [hak] milik. Alam jelas ingin ide-ide itu untuk menjadi bebas! Meski Anda dapat menyimpan ide untuk diri sendiri, segera setelah Anda berbagi, maka siapa saja akan dapat memilikinya. Dan jika sudah seperti itu, akan sangat sulit untuk menghilangkan ide-ide itu dari pikiran mereka, bahkan jika mereka berusaha untuk itu. Seperti udara, ide-ide tak akan mampu ditimbun pun dikurung.
Dan tak peduli berapa pun orang yang berbagi, ide tak akan berkurang. Ketika aku mendengar ide yang kau punya, aku akan mendapat pengetahuan tanpa harus mengurangi apa-apa darimu. Dengan cara yang sama, jika kau menggunakan lilinmu untuk menyalakan lilinku, aku akan mendapatkan cahaya tanpa menggelapkanmu. Seperti api, ide-ide dapat meliputi seluruh dunia tanpa mengurangi densitasnya.
Dengan demikian, penemuan juga tidak dapat menjadi [hak] milik. Tentu, kita bisa memberi para penemu semacam hak eksklusif baginya untuk mendapat keuntungan, barangkali untuk mendorong mereka menemukan hal-hal baru yang bermanfaat, tapi ini adalah pilihan kita. Jika kita memutuskan untuk tidak, maka tak ada yang bisa mengajukan keberatan.
Inggris adalah satu-satunya negara dengan hukum seperti itu sampai kemudian Amerika Serikat menyalinnya. Di negara-negara lain, sesekali monopoli dapat diberikan untuk tindakan yang khusus, tetapi tidak ada sistem yang secara umum mengaturnya. Dan tampaknya ini tidak merugikan mereka — negara-negara itu tampak sama inventifnya seperti kita.
(Aku tidak secara langsung mengutip Jefferson di sini, aku menerjemahkan yang ia katakan ke dalam bahasa Inggris modern dan menghilangkan sedikit kata, tapi aku tidak menambahkan kata apa pun lewat mulutnya, Jefferson yang telah mengatakan semua itu.)
Hal pertama yang mesti diperhatikan adalah bahwa Jefferson barangkali adalah orang pertama yang mengatakan, pada hakikatnya, “Informasi ingin bebas!” (Jefferson mengaitkan kehendak ini ke alam, bukan informasi, tapi memiliki sentimen yang sama.) Dengan demikian, semua orang yang menolak klaim ini dan menganggapnya absurd mesti memberikan sejumlah penjelasan.
Yang kedua adalah bahwa sementara Jefferson berulang kali mengatakan “ide”, logikanya berlaku sama untuk, katakanlah, sebuah lagu atau frase yang catchy dan segala sesuatu lainnya yang biasa kita sebut sebagai “hukum kekayaan intelektual” (hak cipta, merek dagang, dan hak paten).
Ketiga, yang mengejutkan, adalah bahwa Jefferson itu sama gilanya denganku!
- Sesuai dengan sifatnya, ide-ide tidak bisa diakui sebagai [hak] milik.
- Pemerintah tidak memiliki kewajiban untuk membuat undang-undang tentang hal-hal itu.
- Tidak semua hukum yang kita buat berjalan lancar.
Jika Jefferson tidak senang dengan hukum tahun 1813 yang relatif sederhana itu, siapa yang dapat secara serius menjamin bahwa ia tidak akan marah dengan hukum ekspansionis hari ini? Lupakan Free Software Foundation dan Creative Commons; Jefferson akan berada di luar sana menganjurkan perlawanan bersenjata dan mendakwa sang hakim yang memilih menentang Eldred! (OK, mungkin tidak, tapi dia pasti melakukan lebih daripada menulis tentang lisensi hak cipta.)
Benar sekali bahwa di masa Jefferson tidak ada film-film atau jejaring, tapi yang pasti ada buku-buku serta penemuan-penemuan. Orang mencari penghidupan dengan menjadi penulis atau penemu. Sulit untuk menyatakan bahwa Jefferson akan berubah pikiran sekarang karena alasan ekonomi — jika pun iya, aku menduga bahwa setelah melihat kemudahan berbagi ide melalui Internet, ia akan berdebat untuk hukum yang tak terlalu membatasi.
Jefferson berpikir bahwa hukum ini berlawanan dengan sifat manusia jika hukum tersebut hanya berdampak pada orang-orang dengan lokakarya yang besar atau yang memiliki percetekan komersial — bayangkan betapa marahnya ia ketika ia melihat bahwa hukum ini membatasi hampir semua orang, bahkan yang melakukan hal yang sebenarnya sama sekali tak bisa digugat (seperti mengajari AIBO-mu untuk menari atau membuat film dokumenter).
Sekarang, barangkali orang akan menemukan Jefferson semudah mereka menemukan argumen ad hominem yang ditujukan untuk menyerangku. Dan bahwa hanya karena Jefferson mengatakan hal tersebut, tidak lantas menjadikannya benar — walau jelas pandangannya bahkan menjadi subjek diskusi di masa itu. Tapi ketika saran dari Presiden ketiga kita dianggap sebagai “bola pembenaran diri”, “omong kosong”, “[ter]kiri”, “egois”, “dangkal,” orang-orang dari “orang tolol”, “menjijikkan”, sebuah “kesalahpahaman” hukum, dan (!) “tidak bermoral” — kau semacam harus berhenti dan bertanya-tanya: apa yang sedang terjadi di dunia ini?
diterjemahkan dari http://www.aaronsw.com/weblog/001115 dengan judul asli “Jefferson: Nature Wants Information to Be Free”.