Atas Nama Kedewasaan

Tertanggal sekarang ini aku resmi meninggalkan fase keremajaan menuju ‘kedewasaan’. Menurut sebagian orang, menjadi dewasa merupakan pilihan. Tapi, bagiku dewasa tidaklah cukup berhenti sebagai pilihan, dewasa ialah suatu keharusan. Dan seperti keharusan-keharusan yang lain, kedewasaan memaksaku untuk merasa tertuntut. Tuntutan yang datang menyerbu dari 9 penjuru mata angin. Lantas, kuasakah aku untuk bisa memungkiri?

Sebelumnya izinkan aku memanjatkan syukur pada Sang Maha Rahasia, di mana tak ada rahasia selain-Nya. Yang dengan ketidaktahuanku tentang-Nya maka aku berani untuk memasrahkan diri. Yang oleh kerahasiaan-Nya aku tunduk seraya membentur-benturkan jidatku di atas tanah, di atas sajadah yang bau. Terimakasih untuk tetap menjadi Misteri.

Mungkin lebih tepat bila kukatakan bahwa sekarang aku menjadi tua. Menjadi lebih tua adalah sesuatu yang pasti dialami manusia. Tapi menjadi dewasa? Aku rasa belum tentu. Sekali lagi kuingatkan bahwa dewasa merupakan keharusan, bukan pilihan dan bukan pula kepastian.

Pernah menjadi bayi merupakan hal yang patut disyukuri. Masa dimana manusia merasa merdeka, semerdeka-merdekanya. Saat dimana manusia tak memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab apapun atas tindakannya. Sedangkan menjadi dewasa, bagiku sekarang terdengar seperti kutukan. Atau jika diperhalus, keharusan menjadi dewasa berarti menyiapkan diri untuk tersambar halilintar. Dan halilintar ini, adalah tuntutan-tuntutan.

Kedewasaan adalah hal yang tampak dan terdengar mengerikan. Atas nama kedewasaan, manusia dituntut oleh manusia lainnya, oleh lingkungannya, oleh yang melahirkannya, oleh yang menafkahinya, oleh yang mencintainya maupun yang membencinya. Dan lebih mengerikannya lagi, doa-doa yang diberikan sebagai hadiah pertambahan usia pun berubah menjadi sejenis tuntutan. Jika doa sudah bernada tuntutan, apakah ada yang lebih mengerikan? Tapi tak perlu khawatir, doa yang baik saja tak selalu dikabulkan. Apalagi sekedar tuntutan yang meminjam keagungan doa. Huh.

Lantas bisakah, atau haruskah aku lari dari tuntutan-tuntutan ini? Barangkali indah bila aku melepaskan diri dari tuntutan-tuntutan. Tapi aku tak bisa lupa bahwa kedewasaan adalah keharusan. Kedewasaan berarti sadar bahwa tiap-tiap tindakan yang dilakukannya memiliki konsekuensi. Baik konsekuensi pada diri sendiri maupun pada orang lain. Tindakan yang dilakukan menyebabkan manusia nyaris mustahil untuk lepas dari tanggung jawab. Maka kuputuskan hari ini, bahwa aku siap menjadi dewasa. Aku siap bertindak, maka aku siap bertanggung jawab. Ditengah dunia yang selalu berubah, manusiapun berubah. Juga aku. Dan perubahan-perubahan memang mesti dilakukan demi mendekat pada kesempurnaan.

Tak takut lagi ketinggalan

Daftarkan email Anda untuk berlangganan nawala.
[email protected]
Langganan